Seberapa besar rasa cinta pasangan pada Anda? Coba berikan tes psikologi padanya.
Tes menggunakan teknik kata psikologis untuk menemukan apa yang benar-benar dipikirkan seseorang tentang pasangannya. Lalu, seberapa mudah mereka mengasosiasikan pasangannya dengan kata-kata positif atau negatif yang ada.
Jika seseorang lebih mudah dan cepat menemukan kata-kata yang menyenangkan atau positif mengenai pasangannya, mereka memiliki hubungan yang kuat dan langgeng. Tetapi jika terjadi sebaliknya, pasangan itu mengarah ke sebuah 'hubungan yang rusak' yang memiliki risiko berpisah cukup besar.
Sebanyak 222 orang terlibat dalam penelitian. Hanya 116 orang yang melakukan tes lanjutan. Dari responden yang terlibat, sebesar 16 persen atau 19 orang di antaranya mengalami perpisahan.
Hasil tersebut sudah diprediksi sebelumnya. Dan hal yang mengejutkan dari penelitian tersebut adalah bahwa tes yang dilakukan bisa mengukur dengan baik dalam memprediksi apa yang terjadi pada hubungan mereka, dibandingkan dengan apa yang dikatakannya tentang hubungan mereka.
Dalam melakukan tes tersebut, para relawan diminta untuk mengisi kuesioner tentang hubungan mereka dan tes kata asosiasi. Pengujian didasarkan pada teknik yang sering digunakan untuk mendefinisikan perasaan rasisme atau bias, yaitu kondisi seseorang yang sulit mengakui eksistensi dirinya sendiri.
Relawan diberikan nama pasangan dan melihat monitor yang menampilkan tiga jenis kata. Kata-kata positif seperti damai atau berbagi, kata-kata negatif seperti kematian dan tragedi atau nama pasangannya sendiri.
Dan seseorang yang menunjukkan perasaan negatif pada pasangan berisiko tujuh kali lebih mungkin untuk putus hubungan pada tahun berikutnya.
Tes menggunakan teknik kata psikologis untuk menemukan apa yang benar-benar dipikirkan seseorang tentang pasangannya. Lalu, seberapa mudah mereka mengasosiasikan pasangannya dengan kata-kata positif atau negatif yang ada.
Jika seseorang lebih mudah dan cepat menemukan kata-kata yang menyenangkan atau positif mengenai pasangannya, mereka memiliki hubungan yang kuat dan langgeng. Tetapi jika terjadi sebaliknya, pasangan itu mengarah ke sebuah 'hubungan yang rusak' yang memiliki risiko berpisah cukup besar.
Sebanyak 222 orang terlibat dalam penelitian. Hanya 116 orang yang melakukan tes lanjutan. Dari responden yang terlibat, sebesar 16 persen atau 19 orang di antaranya mengalami perpisahan.
Hasil tersebut sudah diprediksi sebelumnya. Dan hal yang mengejutkan dari penelitian tersebut adalah bahwa tes yang dilakukan bisa mengukur dengan baik dalam memprediksi apa yang terjadi pada hubungan mereka, dibandingkan dengan apa yang dikatakannya tentang hubungan mereka.
Dalam melakukan tes tersebut, para relawan diminta untuk mengisi kuesioner tentang hubungan mereka dan tes kata asosiasi. Pengujian didasarkan pada teknik yang sering digunakan untuk mendefinisikan perasaan rasisme atau bias, yaitu kondisi seseorang yang sulit mengakui eksistensi dirinya sendiri.
Relawan diberikan nama pasangan dan melihat monitor yang menampilkan tiga jenis kata. Kata-kata positif seperti damai atau berbagi, kata-kata negatif seperti kematian dan tragedi atau nama pasangannya sendiri.
Dan seseorang yang menunjukkan perasaan negatif pada pasangan berisiko tujuh kali lebih mungkin untuk putus hubungan pada tahun berikutnya.
.JBU abundantly.
Bagaimana ??
_yL_
Bagaimana ??
_yL_
No comments:
Post a Comment